Kabar Pusri

Stok Pupuk Kaltim Dialihkan ke Petrogres

12 December 2006

Surplus produksi pupuk PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) akan dilaihkan ke PT Petrokimia Gresik (Petrogres). Ini dilakukan untuk menutupi penurunan produksi Petrogres setelah peristiwa meledaknya pipa gas milik Pertamina yang mengakibatkan terhentinya pasokan gas ke pabrik pupuk tersebut.

Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, Benny Wahyudi, menuturkan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan pupuk dalam masa tanam tahun ini pemerintah masih bisa memanfaatkan kelebihan stok produksi dari PKT.

''Stok pupuk Kaltim kan masih ada. Jadi kita manfaatkan stok yang ada dulu, itu kita relokasi ke Petrogres,'' ujarnya kepada wartawan, kemarin (24/11). Stok pupuk yang ada di gudang milik PKT saat ini mencapai 126 ribu ton urea.

Menurut Benny, akibat terhentinya pasokan gas ke Petrogres, diperkirakan total produksi pupuk yang akan hilang dari pabrik pupuk tersebut mencapai 40 ribu ton per bulan. Dengan perkiraan lamanya proses perbaikan pipa gas yang memakan waktu sekitar 1,5 bulan, jelas Benny, maka jumlah penurunan produksi pupuk akan mencapai 60 ribu ton.

Ditambahkan Benny, penurunan produksi Petrogres ini hanya akan menganggu pasokan urea dan amoniak saja. Sementara untuk pasokan pupuk jenis SP-36 dan NPK, dipastikan Benny tidak akan mengalami gangguan.

Di Indonesia, produk amoniak diproduksi oleh enam perusahaan yang terintegrasi dengan industri urea, dengan total kapasitas produksi mencapai 5,33 juta ton per tahun.

Enam perusahaan tersebut adalah PT Pupuk Sriwidjaja dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun, PKT 1,75 juta ton per tahun, PT Pupuk Kujang Cikampek 383 ribu ton per tahun, PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) 366 ribu ton per tahun, Petrogres 445 ribu ton per tahun, serta PT Kaltim Parna Industri 500 ribu ton per tahun.

Ekspor gas

Pemerintah belum memutuskan perpanjangan ekspor gas ke Jepang yang akan berakhir pada 2011. Keputusan itu baru akan ditentukan pada 2007 setelah pemerintah memetakan kebutuhan gas dalam negeri dan pertumbuhannya untuk sepuluh tahun ke depan.

''Ini akan kita tentukan tahun depan, setelah kita membuat neraca gas, neraca yang berisi kebutuhan riil sampai 10 tahun, berapa produksi riil sampai 10 tahun yang akan datang. Nah, di situ baru kita rumuskan, akan diperpanjang, atau dilebihkan, atau dikurangi, itu tergantung neraca gas kita,'' kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres kemarin (24/11).

Prinsipnya, pemerintah ingin memaksimalkan pemanfaatkan semua sumber daya alam untuk kemajuan ekonomi bangsa. Disamping untuk kebutuhan ekspor, Wapres mengingatkan, gas itu juga digunakan untuk menggerakkan industri dalam negeri. Penggunaan gas itu tergantung besaran konsumsi gas dalam negeri dan peningkatan produksi gas yang akan datang.

Apalagi saat ini kebutuhan gas dalam negeri terus meningkat. Sekiranya produksi gas tidak juga naik, Wapres menyatakan, ekspor pasti dikurangi secara drastis. Pemerintah tidak mungkin lagi membiarkan pabrik pupuk terhenti karena kekurangan pasokan gas seperti yang pernah terjadi di pabrik Pupuk Iskandar Muda, Aceh. ''Luar biasa pengorbanan kita untuk menjaga kontrak, terpaksa pabrik pupuk kita hentikan, lebih baik kita mengekspor,'' tuturnya.

Di sisi lain, Wapres mengakui saat ini produksi gas dari ladang-ladang yang lama terus menurun. Namun pemerintah bisa sedikit bernapas lega setelah ditemukannya sumur-sumur gas baru di Cepu yang rencananya baru bisa beroperasi sebelum 2012. Pemerintah juga berharap sumur gas di Selat Makassar bisa berproduksi sebelum 2011 disamping ladang gas di Natuna.

Pemerintah akan berupaya menjaga kerja sama yang baik dengan Jepang. Apalagi selama ini hubungan ekonomi kedua negara telah terjalin erat. Namun ia menjamin dalam kunjungan Presiden ke Jepang akhir bulan ini, kebutuhan gas dalam negeri akan tetap diutamakan. ''Presiden tentu membicarakan itu, tapi angka-angkanya berapa itu tingkat teknis nanti, tingkat menteri nanti memutuskan pada waktunya, kan masih lama, masih 6 tahun lagi,'' jelasnya.

Meski belum dipastikan diperpanjang kontrak itu, Wapres meminta agar Jepang memberikan beberapa bantuan teknis bagi Indonesia untuk menghemat pemakaian gasnya. Ia ingin Jepang membantu listrik di Indonesia dan memodernisasi pabrik pupuk di sini. Selain itu, Jepang juga diharapkan bisa membantu ekplorasi gas di Indonesia. dia/djo

Laporan Tata Kelola Info Publik FAQ