Find out the latest information about Pusri from the media spotlight.
06 May 2025
JAKARTA. Pemerintah akan memperketat jalur distribusi pupuk bersubsidi. Agar pembagian pupuk bersubsidi tepat sasaran, pemerintah akan menerbitkan kartu bagi petani penerima pupuk bersubsidi. Sebagai tahap awal kebijakan ini akan diterapkan di dua wilayah percontohan yakni Jawa Tengah dan Luar Jawa.
Sekertaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kemtan) Hari Priyono mengatakan, target dari implementasi penggunaan kartu untuk pendistribusian pupuk bersubsidi ini seluruhnya dapat dijalankan pada tahun depan. "Untuk awal, kita lakukan pilot project," katanya, belum lama ini.
Dengan implementasi penyaluran pupuk bersubdisi ini, nantinya distribusi pupuk bersubsidi menjadi lebih valid. Karena dalam pemberian subsidi pupuk tersebut sudah jelas penerima dan volume pupuk yang akan diterima petani selama satu tahun.
Terkait dengan pihak yang akan menerima subsidi pupuk ini, Hari bilang data yang digunakan adalah berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS). "Data BPS sudah punya yang akan kita validasi lagi," ujar Hari.
Berdasarkan nota keuangan dan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (R-APBN) tahun 2015, anggaran subsidi pupuk direncanakan sebesar Rp 35.703,10 miliar. Perinciannya, subsidi pupuk tahun anggaran 2015 sebesar Rp 28.565,96 miliar, dengan volume sebanyak 9,55 juta ton.
Selain itu, anggaran subsidi pupuk tersebut juga digunakan untuk pelunasan sisa kurang bayar subsidi pupuk tahun anggaran 2012 sebesar Rp 3.637,12 miliar, dan pelunasan sebagian kurang bayar sumsidi pupuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp 3.500,02 miliar.
Wakil ketua Komisi IV DPR, Herman Khoiron mengatakan, selama ini distribusi pupuk bersubsidi masih banyak penyimpangan. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diberlakukan sekarang ini cenderung berbelit-belit. "Seharusnya cukup mendapat tandatangan menteri saja," kata Herman.
Dengan banyaknya rantai yang harus dilalui untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi tersebut, Herman menduga hal itulah yang membuat kelangkaan. Dengan adanya kartu penerima pupuk bersubsidi tersebut, diharapkan distribusi pupuk lebih tepat sasaran.
06 May 2025
SRIPOKU.COM, JAKARTA. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang atau Pusri memproyeksikan kenaikan harga gas alam akan menjadi tantangan bagi industri pupuk tahun ini. Padahal Pusri harus membayar dalam dollar Amerika Serikat untuk belanja bahan baku pupuk tersebut. Dus, risiko perusahaan itu makin besar tatkala rupiah masih mengalami tekanan.
Mengintip Bloomberg, harga kontrak gas alam di pasar berjangka New York untuk pengiriman Februari 2015 periode year to date alias sejak akhir tahun lalu, memang mendaki. Pada 31 Desember 2014, harga gas tercatat US$ 2,89 per million british thermal unit (mmbtu). Namun pada 21 Januari 2015 pukul 16.00 WIB menjadi US$ 2,99 per mmbtu, atau naik 3,67%.
Pada saat yang sama, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia itu tak bisa menutupi beban kenaikan harga gas dengan menaikkan harga jual pupuk. "Hampir 80% produk harus mengikuti harga subsidi pemerintah sekitar Rp 1.800 per kilogram (kg)," terang Zain Ismed, Corporate Secretary Pusri kepada KONTAN, Rabu (21/1).
Barulah sisanya sebanyak 20%, dilego dengan mengacu harga pupuk di pasar dunia. Namun, harga pupuk di pasar dunia, seperti jenis urea, sedang merosot. Dua tahun lalu, harga pupuk urea berada di kisaran US$ 400-US$ 500 per ton. Namun kini harganya sekitar US$ 280-US$ 300 per ton. Beruntung, harga amonia masih bertengger tinggi di level US$ 500 per ton.
Meski menyadari tantangan besar mengadang, Pusri menyatakan tak gentar berekspansi. Ada tiga rencana perusahaan ini. Pertama, meningkatkan efisiensi produksi. Caranya, perusahaan itu akan mengganti bahan pembangkit listriknya dengan batubara. Jadi, gas alam bisa dipakai untuk bahan baku pupuk.
Kedua, melanjutkan rencana menambah kapasitas produksi dengan membangun pabrik II B. Sejauh ini, tahap pembangunan pabrik itu sudah 81,42%. Pabrik ini didesain berkapasitas produksi 63.800 ton urea dan 46.400 ton amonia. Dengan tambahan pabrik itu, kapasitas produksi Pusri akan menjadi 2,08 juta ton urea dan 1,36 juta ton amonia per tahun.
Rencananya, proses uji coba pabrik baru ini akan dilakukan November 2015. "Itu masih dites terlebih dahulu, baru bisa dimanfaatkan di 2016," jelas Ismed.
Rencana ekspansi yang ketiga adalah membikin produk anyar yakni pupuk NPK. Kalau tak meleset, pada Juni atau Juli tahun ini, perusahaan itu akan mulai memproduksi NPK dari pabrik di Palembang, Sumatra Selatan.
Dari desain kapasitas produksi pabrik 100.000 ton NPK per tahun, Pusri baru menargetkan produksi 40.000 ton NPK tahun ini. Untuk memuluskan aneka ekspansi itu, Pusri menyiapkan belanja modal sekitar Rp 4,3 triliun.
http://palembang.tribunnews.com
06 May 2025
06 May 2025
Bisnis.com, PALEMBANG - Sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) menyalurkan 1.000 bibit hortikultura kepada empat kelurahan di lingkungan ring 1 perseroan.
Manager Humas Sulfa Ganie mengatakan Pusri mencoba mengakomodir keinginan warga untuk memanfaatkan lahan tempat tinggalnya sebagai tempat bercocok tanam dengan tanaman yang bermanfaat.
Empat kelurahan tersebut a.l. kelurahan 2 ilir, Kalidoni, Sei Selayur dan Sei Selincah. "Keinginan warga ini baru kami ketahui dari hasil social mapping tahun lalu," katanya di sela-sela kegiatan, Selasa (20/1/2015).
Sulfa mengatakan bibit yang diberikan merupakan jenis tanaman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat ditanam di wadah pot, antara lain seperti cabe keriting, cabe rawi,t dan tomat.
Penyaluran 1.000 bibit ini merupakan tahap awal dari rencana jangka panjang Pusri untuk membentuk kelompok wirausaha khusus tanaman hortikultura. Hasil yang ingin dicapai dari pemberian bibit agar masyarakat mampu menambah penghasilan dari kegiatan bercocok tanam.
Dalam 3 bulan ke depan, Pusri juga berencana menambah jumlah dan jenis bibit tanaman, sekaligus memperbanyak warga yang ingin menjadi peserta. Pusri juga memberikan asistensi kepada warga dengan menghadirkan konsultan pendamping.
Ringkang Gumiwang
06 May 2025
06 May 2025
Palembang (ANTARA Sumsel) -PT Pupuk Sriwidjaja menyatakan hingga Januari 2015 masih memberlakukan harga eceran tertingi pupuk urea bersubsidi untuk petani tanaman pangan dan perkebunan milik rakyat seperti yang ditetapkan selama ini. “Harga eceran tertingi (HET) pupuk urea bersubsidi sekarang ini Rp 1.800 per kilogram di pengecer atau lini empat, kami belum ada rencana menaikan harga,” kata Manajer Hubungan Masyarakat PT Pupuk Sriwidjaja (PT Pusri), Sulfa Ganie di Palembang, Kamis.
Menurut dia, dengan kondisi harga pupuk urea bersubsidi tidak mengalami perubahan, pihaknya mengingatkan kepada mitra atau distributor resmi agar menjual pupuk tersebut kepada petani sesuai sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah selama ini. “Distributor resmi pupuk bersubsidi tidak boleh menjual pupuk kepada petani dengan harga diatas ketentuan harga eceran tertinggi, karena tindakan itu merupakan pelanggaran dan sanksinya cukup berat,”ujarnya.
Dia menjelaskan, sesuai peraturan Menteri Pertanian tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk urea bersubsidi ditetapkan sebesar Rp 1.800/kg. Jika petani menemukan distributor menjual pupuk urea bersubsidi di atas ketentuan HET tersebut dapat melaporkannya kepada unit pemasaran di masing-masing provinsi yang termasuk dalam sembilan wilayah kerja PT Pusri.
“Petani yang ada di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Banten/DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, diminta tidak membiarkan distributor mempermainkan harga jual pupuk bersubsidi diluar ketentuan,”ujar Sulfa.
Menjual pupuk bersubsidi di luar ketentuan harga yang ditetapkan pemerintah dapat membebani petani dan menghambat program peningkatan produksi dan swasembada pangan. Untuk melakukan penertiban distributor pupuk “nakal”, selain mengharapkan bantuan dari petani pengguna pupuk bersubsidi dan berbagai lapisan masyarakat, pihaknya juga berupaya secara intensif melakukan pengawasan di lapangan.
Melalui upaya tersebut,jika ada distributor yang terbukti melakukan penjualan pupuk bersubsidi di atas ketentuan HET selama musim tanam hingga April 2015 ini, akan dilakukan pemutusan kerja sama dengan distributor yang terbukti melakukan pelanggaran itu, kata dia pula.
Editor: Yudi Abdullah
06 May 2025
Produsen pupuk urea, PT Pupuk Sriwidjaja ( Pusri ) mengincar produksi sekitar 2,1 juta ton pada tahun ini. Target tersebut sedikit mlebih tinggi ketimbang capaian produksi tahun lalu. Manager Hubungan Masyarakat Pusri Sulfa Ganie di Palembang, kemarin, menuturkan peningkatan target produksi sekitar 30 ribu – 50 ribu ton urea pada 2015 didapat dari produksi pabrik baru proyek revitalisasi pabrik tua Pusri II pada November 2015. “Target produksi tahun ini diitimgkatkan sekitar 30 ribu – 50 ribu ton urea dari 2014 sebesar 2,050 juta ton,” ujar Sulfa.
Target peningkatan profuksi yang tipis, menurutnya, disebabkan ketika pabrik Pusri II-B dioperasikan, kegiatan operasi pabrik lama langsung dihentikan. Sementara itu, pabrik baru belum bisa melakukan kegiatan produksi secara maksimal lantaran masih dalam masa uji coba. Sulfa menjelaskan untuk mempertahankan kegiatan produksi agar tetap bisa berjalan maksimal, pihaknya secara bertahap merevitalisasi pabrik tua, diawali dengan revitalisasi pabrik Pusri II yang usianya paling tua.
Untuk menyelesaikan pembangunan pabrik II – B, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp 3,8 triliun. Saat ini progres pembangunan pabrik yang mulai dibangun pada April 2013 itu sudah mencapai lebih dari 75% dan ditargetkan mulai beroperasi pada November 2015. Jika beroperasi, pabrik baru Pusri II–B mampu memproduksi amonia mencapai 2.000 ton perhari atau 660.000 ton per tahun dan memproduksi pupuk urea hingga 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun, dan diharapkan kedepan mampu mendongkrak produksi urea hingga 2,61 ton per tahun.
“Satu pabrik baru tersebut dapat mengantisipasi peningkatan kebutuhan petani terutama di sembilan provinsi rayon pemasaran PT Pusri, meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Tengah,” tandasnya ( Ant/E-6)
06 May 2025
06 May 2025
06 May 2025
Palembang (ANTARA Sumsel) - Ketua Komisi III DPRD Sumatera Selatan meminta PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) yang didirikan sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia ikut memantau pendistribusian pupuk sampai kepada petani di daerah tersebut.
"Kami meminta tanggung jawab PT Pusri, karena perusahaan itu berada di Sumatera Selatan," kata Ketua Komisi III DPRD Sumatera Selatan MF Ridho di Palembang, Minggu.
Menurut dia, pihaknya meminta PT Pusri tidak hanya sekedar memenuhi permintaan distributor, tetapi juga ikut memantau dan memonitor pupuk itu sampai kepada yang berhak menerimanya, dalam hal ini petani.
Terkait dengan persoalan pupuk yang akhir-akhir ini langka di pasaran, pihaknya sudah memanggil perusahaan pupuk tersebut. "Kami melihat kinerja BUMN selaku produsen tunggal pupuk milik pemerintah ini," katanya.
"Jangan sampai pupuknya ada di sini, berproduksi di Sumsel, tetapi petani sulit mendapatkannya," katanya.
Ia mengatakan bahwa ternyata selama ini Pusri bukan yang membagikan pupuk itu, tetapi hanya mendroping saja sejumlah pupuk yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian.
Yang menetapkan Menteri Pertanian dan untuk Sumsel pada 2014 sebanyak 220 ribu ton, tetapi yang dipakai hanya 180 ribu ton, ujarnya.
"Kami berharap, bupati dan wali kota se-Sumsel harus menyerap aspirasi petani dalam hal kebutuhan pupuk bersubsi secukupnya," tutur wakil rakyat tersebut.
Ia menjelaskan alokasi pupuk yang ditetapkan Menteri Pertanian untuk Sumsel pada tahun 2014 ke bawah kuotanya tidak pernah diserap 100 persen.
"Pada tahun 2015, SK Menteri Pertanian hanya 150 ribu ton dan ini jauh dari cukup. Kami hanya mempunyai kuota sebanyak 200 ribu ton, tetapi tidak dipakai," kata politisi Partai Demokrat itu.
Ia menuturkan terkait dengan pupuk ini ada SK Gubernur untuk kebutuhan Sumsel dan selanjutnya diturunkan ada SK Bupati/Wali kota yang masing-masing mengeluarkan kebutuhan pupuk bersubsidi masing-masing.
Selama ini Pusri hanya mengirim ke distributor, kemudian dari distributor tidak tahu lagi. "Dari Pusri ke distributor tidak ada yang kurang, tetapi kami minta pusri juga memantau pendistribusian pupuk sampai ke petani di daerah tersebut", katanya.
Editor: Parni
COPYRIGHT © 2015
06 May 2025
Palembang (ANTARA Sumsel) Perusahaan pupuk yang berkantor pusat di Palembang, Sumatera Selatan, PT Pupuk Sriwidjaja pada 2015 menyiapkan dana Rp3,8 triliun untuk menyelesaikan pembangunan pabrik baru proyek revitalisasi satu pabrik yang kondisinya paling tua.
"Belanja modal pada tahun ini dialokasikan sebesar Rp4,5 triliun 2015, dari dana tersebut sebagian besar atau sekitar Rp3,8 triliun untuk menyelesaikan proyek, dan sisanya untuk kegiatan operasional dan penyertaan modal," kata Manajer Hubungan Masyarakat PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Sulfa Ghanie di Palembang, Senin.
Pihaknya berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan proyek revitalisasi pabrik Pusri II yang dibangun pada 1974, sehingga bisa selesai sesuai rencana dan dapat dilanjutkan dengan proyek revitalisasi tiga pabrik lainnya yang kini juga kondisinya sudah tua dan kurang efisien.
Berdasarkan perkembangan realisasi pelaksanaan proyek revitalisasi pabrik tersebut, sejauh ini berjalan sesuai target yang ditetapkan.
"Pembangunan satu pabrik baru yang dimulai pada 8 April 2013 hingga kini tidak ada masalah, meskipun saat ini dalam kondisi terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, semua kegiatan pembangunan berjalan sesuai target dengan capaian 75 persen lebih," ujarnya.
Sementara Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Beni Haryoso sebelumnya menjelaskan, melihat perkembangan pelaksanaan proyek revitalisasi satu dari empat pabrik pupuk urea paling tua milik PT Pusri itu, pihaknya optimistis pabrik baru Pusi II-B bisa mulai beroperasi pada November 2015.
Pembangunan pabrik baru tersebut sekarang ini dalam tahap merangkai instalasi pipa dan pemasangan peralatan pabrik yang mulai dikirim secara bertahap oleh pemasok dari luar negeri seperti perusahaan Jerman, India, Korea, dan perusahaan Jepang, katanya.
Menurut Beni, saat ini PT Pusri memiliki empat pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 2,262 juta ton per tahun, namun, karena kondisinya sudah tua, kapasitas produksi tersebut beberapa tahun terakhir tidak pernah tercapai secara maksimal.
Kondisi empat pabrik tersebut rata-rata usianya 35 tahun ke atas, sedangkan idealnya usia pabrik pupuk maksimal 20 tahun.
Semua pabrik PT Pusri di Palembang kondisinya memprihatinkan karena sudah berusia tua. Pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik Pusri I B yang dibangun pada 1994.
Proyek revitalisasi pabrik tua yang sedang berjalan sekarang ini dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation dengan nilai investasi Rp7,4 triliun.
Pabrik Pusri II B menggunakan teknologi KBR Purifier Technology, untuk pabrik amonia dan teknologi Aces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai co-licencor untuk pabrik urea.
Kapasitas produksi terpasang pabrik amonia mencapai 2.000 ton per hari atau 660.000 ton per tahun dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun.
Pabrik Pusri II B dengan teknologi baru, selain ramah lingkungan juga menghemat bahan baku gas, dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49 MMBTU per ton amonia dan 21,18 MMBTU per ton urea.
Jika proyek revitalisasi tersebut berjalan sesuai rencana, satu pabrik baru tersbeut diperkirakan sudah mulai berproduksi pada penghujung 2015 yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pupuk urea hingga 2,61 juta ton per tahun, kata dia pula.
Editor: Yudi Abdullah
COPYRIGHT © 2015
06 May 2025
PALEMBANG. PT Pupuk Sriwidjaja menyiapkan dana Rp 4,5 triliun untuk aksi korporasi tahun 2015. Produsen pupuk yang bermarkas di Palembang, Sumatera Selatan ini akan menggunakan dana tersebut antara lain untuk menyelesaikan proyek revitalisasi satu pabrik yang kondisinya paling tua.
"Dari dana belanja modal tersebut, sebagian besar atau sekitar Rp 3,8 triliun untuk menyelesaikan proyek, dan sisanya untuk kegiatan operasional dan penyertaan modal," kata Manajer Hubungan Masyarakat PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Sulfa Ghanie di Palembang, Senin (5/1).
Pabrik yang direvitalisasi tersebut, pabrik Pusri II yang dibangun pada tahun 1974. Jika proyek ini selesai, perusahaan akan melanjutkan dengan proyek revitalisasi tiga pabrik lainnya yang sudah tua dan kurang efisien. Sulfa mengklaim, berdasarkan perkembangan realisasi pelaksanaan proyek revitalisasi pabrik tersebut, sejauh ini berjalan sesuai target yang ditetapkan.
"Pembangunan satu pabrik baru yang dimulai pada 8 April 2013 hingga kini tidak ada masalah, meskipun saat ini dalam kondisi terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, semua kegiatan pembangunan berjalan sesuai target dengan capaian 75% lebih," ujarnya.
Sementara Direktur Teknik dan Pengembangan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), Beni Haryoso sebelumnya menjelaskan, melihat perkembangan pelaksanaan proyek revitalisasi satu dari empat pabrik pupuk urea paling tua milik PT Pusri itu, pihaknya optimistis pabrik baru Pusi II-B bisa mulai beroperasi pada November 2015.
Pembangunan pabrik baru tersebut sekarang ini dalam tahap merangkai instalasi pipa dan pemasangan peralatan. Berbagai peralatan ini dikirim secara bertahap oleh pemasok dari luar negeri seperti perusahaan Jerman, India, Korea, dan Jepang.
Menurut Beni, saat ini PT Pusri memiliki empat pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 2,26 juta ton per tahun. Namun, karena kondisinya sudah tua, kapasitas produksi tersebut beberapa tahun terakhir tidak pernah tercapai secara maksimal.
Kondisi empat pabrik tersebut rata-rata usianya 35 tahun ke atas, sedangkan idealnya usia pabrik pupuk maksimal 20 tahun. Pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik Pusri I B yang dibangun pada 1994.
Proyek revitalisasi pabrik tua yang sedang berjalan sekarang ini dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation dengan nilai investasi Rp 7,4 triliun.
Pabrik Pusri II B menggunakan teknologi KBR Purifier Technology, untuk pabrik amonia dan teknologi Aces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai co-licencor untuk pabrik urea.
Kapasitas produksi terpasang pabrik amonia mencapai 2.000 ton per hari atau 660.000 ton per tahun dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun.
Pabrik Pusri II B dengan teknologi baru, selain ramah lingkungan juga menghemat bahan baku gas, dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49 MMBTU per ton amonia dan 21,18 MMBTU per ton urea.
Jika proyek revitalisasi tersebut berjalan sesuai rencana, kata Beni, satu pabrik baru tersebut diperkirakan sudah mulai berproduksi pada penghujung 2015 yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pupuk urea hingga 2,61 juta ton per tahun. (Yudi Abdullah)