Kabar Pusri

Pusri Harus Bangun Pabrik Baru

07 February 2011

PALEMBANG, SRIPO-PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri Palembang) mau tidak mau harus menggantipabrik yang ada saat ini, karena selain sudah termakan usia, teknologinya pun sudah jauh ketinggalan. Namun, percepatan revitalisasi pabrik tersebut sangat tergantung pada kepastian pasokan gas sebagai bahan baku utama industri pupuk urea.

Hal itu dikemukakan oleh DIrektur Utama PT Pusri Palembang Drs. Eko Sunarko Ak, MM dalam acara silaturahmi dengan sejumlah wartawan di Palembang, SAbtu (5/2).  Hadir mendampingi Direktur Produksi Ir. M. Djohan Safri, MM, Direktur Teknik dan Pengembangan Ir. Benny Haryoso, MT, Direktur Komersial Drs. Hilman Taufik, MM, dan Direktur SDM & Umum Irwansyah, SE,MM.

Dalam acara yang sekaligus sosialisasi lomba karya jurnalistik Pusri Journalistic Award (PJA) tahap kedua ini, menjawab pertanyaan wartawan, Eko menjelaskan bahwa pabrik PT Pusri Palembang yang dioperasikan saat ini semua sudah tua, "Pabrik Pusri II, III,  dan IV adalah pabrik generasi tahun 70-an. Sementara pabrik Pusri IB generasi tahun 90, "ujarnya.

Menurut Eko, empat pabrik yang kini dioperasikan Pusri Palembang yang merupakan generasi pertama dan kedua itu sudah tidak efisien lagi, karena sangat boros konsumsi gasnya. "Rata-rata untuk setiap ton produksi pupuk urea menggunakan gas 37 -38 MMBTU (million metric british thermal unit). Bandingkan dengan pabrik generasi terbaru yang hanya menggunakan bahan gas 25 MMBTU/ton. Artinya ada selisih 12 mmbtu," jelasnya.

Ditambahkan Eko, kalau dihitung kapasitas produksi satu pabrik 570 ribu ton/tahun, dikalikan dengan selisih 12 mmbtu untuk setiap tonnya, kemudian dikalikan 3,6 dolar AS. Maka pemborosan dana sari satu pabrik dalam satu tahun itu dapat digunakan untuk membangun satu pabrik.

"Artinya mau tidak mau, PT Pusri Palembang harus membangun pabrik baru," tegas Eko seraya menjelaskan, industri pupuk merupakan industri padat modal. Namun bagi PT Pusri palembang, persoalan dana tidak ada masalah, begitu juga soal teknologi dan tenaga kerja atau SDM. "Persoalan kita hanya bahan baku, bahan baku, bahan baku," ujar Eko.

Menurut Eko, untuk pabrik Pusri II, saat ini baru ada kepastian 45 MMSCFD (million metric standar cubic feet per day), sementara satu pabrik membutuhkan 82 MMSCFD. Kepastian pasokan gas yang 45 MMSCFD itu adalah komitmen kesepakatan Medco yang memperpanjang kontrak hingga tahun 2022. Artinya Pusri Palembang masih menunggu kepastian jaminan pasokan gas dari pihak lainnya.

PT Pusri Palembang, kata Eko, sangat menghargai Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang sebelumnya ikut membantu Pusri mendapat perpanjangan pasokan gas hingga tahun 2017 mendatang. "Ke depan kami masih mengharapkan bantuan terkait dengan pasokan gas, minimal untuk bahan baku. Sementara untuk pembangkit Pusri akan memanfaatkan energi batubara, "kata Eko.

Investor Yordania
Eko menambahkan, saat ini PT Pusri Palembang sedang menjajaki kerja sama dengan investor dari Yordania untuk membangun parbik pupuk NPK. Pihak investor akan datang ke Palembang pada 8 Februari untuk melihat potensi dan lokasi pembangunan pabrik.

Pusri, katanya, punya keingingan membangun kawasan pabrik di Tanjung Api-Api. Semua itu tergantung pada kesiapan infrastruktur penunjang di daerah ini. "Mudah-mudahan kita bisa menyakinkan pihak investor untuk menanamkan investasi di Sumsel,"katanya.  (az)
Laporan Tata Kelola Info Publik FAQ